OTO MOGOK
Tiga priyayi yang mengalami kesusahan dalam perjalanan yang dingin, yaitu mogoknya
mobil yang ditumpangi karena mesin yang rusak, dan pemiliknya tidak tahu
tentang mobil yang dimiliki. Jadi ketika mobil rusak, dia tidak tahu. Ketika
matahari terbenam dan larut malam hujan pun turun, ketiga priyayi memutuskan
diam dalam mobil dengan situasi luar yang sedang diguyur hujan dan menunggu
adanya pertolongan. Mobilnya mogok di desa Kledhung dan berada diantara gunung
Sumbing dan Sindara yang berada diantara Parakan dan Kreteg. Sekian lama
menunggu, tiba-tiba ada mobil lewat dan menghampiri. Dari dalam mobil turun
seorang pemuda bertanya kepada pemilik mobil mogok itu, apakah yang terjadi.
Kemudian pemuda menawarkan bantuan memperbaiki mobil yang mogok itu. Tak lama
kemudian mobil yang mogok dapat dijalakan. Hari sudah larut malam, kedua
pemilik mobil memutuskan melanjutkan perjalanan. Diawali oleh pemilik mobil
yang mogok dan dilanjutkan penolong mobil mogok tersebut.
MEKSA BATAL
Kedua mobil
tersebut melaju dengan beriringan. Ketiga priyayi memendam pertanyaan besar
terhadap pemuda yang menolongnya. Ketiga priyayi berkeinginan untuk
membalasbudi pemuda itu. Mereka berangan akan menghentikan mobil pemuda itu
setelah sampai Parakan. Tapi mobil yang dikendarai pemuda itu melaju dengan
cepat mendahulu Overland yang dikendarai ketiga priyayi. Mereka kecewa karena
keinginannya membalasbudi dan berkenalan dengan pemuda itu. Ketiga priyayi
memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Pukul setengah sebelas kurang, mereka sampai di Ngasistenan Ngadireja.
NYONYAH OEI WAT
HIEN
Tepat hari minggu jam 8 pagi di Ngasistenan, Ngadireja ada tamu Tiong Hoa
bernama Nyonyah Oei Wat Hien. Tujuan ia datang ke Ngasisten Ngadireja untuk
bertemu Den Bei Asisten Wedana dan Den Ayu Asisten Wedana untuk membicakan
mengenai tawar menawar antar kedua pihak mengenai berlian. Nyonyah Oei Wat Hien
juga menawarkan mobil yang dimilikinya pada Den Bei. Ketika lama mengobrol,
sopirnya ikut ditawarkan. Ternyata sopir dari Nyonyah Oei Wat Hien itu adalah
pemuda yang menolong Den Bei sekeluarga saat terjadi kesusahan pada saat itu.
Pemuda itu bernama Rapingun. Den Bei pun tak lupa berkeinginan memberikan Rapingun
sebagai sedikit tanda terima kasih karena telah membantunya waktu itu, tetapi
Rapingun menolak dan tidak terima pemberian dari Den Bei. Pembicaraan penjualan
mobil dilanjutkan, akhirnya Den Bei berkeinginan menjadikan Rapingun sebagai
sopir Ngasistenan Ngadireja, karena ia tertarik dengan sifat sopan dan mulia Rapingun.
Rapingun menjadi sopir dengan gaji yang diinginkan dari Den Bei. Ia hanya dapat menerima apa dan tidak menuntut
banyak sedikit pemberian dari Den Bei.
SAMPUN KRAOS
Rapingun terlihat bahagia bekerja dengan Den Bei Asisten Wedana. Tetapi setiap
Den Bei memberikan uang gaji, ia tidak begitu saja terima. Hanya diambil
sedikit dan sisanya dititipkan kepada Den Bei. Keseharian Rapingun sebagai
sopir, tidak hanya mengurus mobil dan kelengkapannya. Tapi dia juga mau bekerja
sebagai tukang kebun dan pembantu. Semua ini bukan keinginan Den Bei. Tetapi
atas keinginan Rapingun. Bahkan Den Bei sekeluarga tidak menyuruhnya untuk melakukan
hal seperti itu. Rapingun juga berani mendekati si Hel, yaitu kuda nakal milik
Den Bei yang selalu menyakiti orang yang mendekati. Dan saat Den Bei melarang
Rapingun untuk tidak mendekati si Hel, dia bertekad untuk membuktikan bahwa si
Hel bukan kuda nakal.
NGAJARI KAPAL
Pada hari minggu Rapingun mencoba mendatangi Hel agar Hel bisa menjadi Kuda
yang nurut. Rapingun memberi Hel makanan dan membiarkan Hel makan dengan lahap.
Tak lama kemudian Hel diajak jalan-jalan kemudian rasa khawatir muncul dari
Kreta. Tapi dengan kemantapan hati Rapingun, dia memberanikan diri untuk
menunggangi siHel keliling desa. Sesampainya Rapingun dan Hel di Ngasistenan
kembali, Hel ditempatkan di kandang dan dibiarkan istirahat sampai keringatnya
telah kering. Kemudian Rapingun memandikan Hel. Den Bei tak tahu kalau Rapingun
berani membawa Hel keluar untuk dinaiki, karena Hel adalah kuda yang nakal.
Tetapi Rapingun tetap bekerja keras, karena jika Hel tidak dinaiki, maka Hel
tidak akan menjadi Kuda yang bagus dan ramah.
PEKEN MALEM ING
MAGELANG.
Sabtu sore waktunya Rapingun menjemput Raden Ajeng Supartinah di Parakan karena
ia adalah guru HCS di Parakan. Dari parakan mereka menuju magelang untuk
mengunjungi Raden Nganten Mantri Guru. Tadinya ia berkeinginan berkunjung dengan
ibunya. Tetapi karena Ibu sedang tidak sehat, maka dia hanya ditemani oleh
Rapingun sebagai sopirnya. Perjalananpun dilanjutkan menuju rumah Den Bei
Mantri Gudhang. Ketika sampai dirumah Den Bei Mantri Gudhang, tak lama kemudian
mereka menuju pasar malam yang letaknya tak jauh dari kediaman Den Bei Mantri
Gudhang. Ketika sampai dipasar malam, mereka lalu berjalan-jalan mengelilingi
pasar malam. Setelah lama berjalan, Den Bei Mantri Gudhang lelah dan
mengajak istirahat, dan istirahat sambil
menonton wayang dengan keadaan duduk melepas lelah karena lama beralan.
MANAHIPUN KAGOL
Ketika menonton wayang, Raden Ajeng Tien mendengar suara orang yang tertawa
dengan tidak sopan. Orang tersebut terlihat seperti orang baik. Ketika dilihat
Raden Ajeng Tien merasa kalau dia mengenal pria yang tertawa dengan tidak sopan
tadi. Raden Ajeng Tien pun merasa tidak nyaman berlama-lama berada ditempat itu,
tak lama kemudian mereka meminta meninggalkan tempat tersebut. Tapi walaupun
mereka berpindah tepat, pria tersebut tetap mengejar Raden Ajeng Tien hingga
Raden Ayu Tien merasa tak nyaman. Raden Ayu Tien meminta Den Bei Mantri Gudhang
dan istrinya untuk pulang. Kemudian pulang dan Raden Ajeng Tien diobati terlebih
dahulu karena dia merasa sedang tidak sehat. Tapi Raden Ajeng Tien memilih
untuk langsung pulang ke rumahnya sendiri. Tak lama Raden Ajeng Tien pulang dengan
Rapingun. Dia memilih duduk disamping Rapingun demi keselamatannya.
NJAGI
WILUJENGING BENDARA
Dalam perjalanan pulang, Raden Ajeng Tien dan Rapingun dihadang oleh dua pria
yang ada di pasar malam. Pria itu bernama Hardjana, yaitu pria yang selama ini
mencintai Raden Ajeng Tien. Tapi Raden Ajeng Tien tidak mencintainya. Disitu
terjadi pertengkaran hebat, teman Hardjana menyerang Rapingun. Tetapi Rapingun
pintar, dia menyediakan senjata untuk melawan pria itu. Pistol yang dipegang
oleh teman Hardjana tersebut akhirnya mental dan terjatuh. Hardjana akhirnya
kalah dan tangan kiri Rapingun sakit karena terpukul oleh Hardjana. Kemudian
Rapingun melanjutkan perjalanan dengan kondisi tangan yang sakit. Ditengah
perjalanan Rapingun pingsan dan kemudian dia pun dirawat oleh Raden Ayu Tien.
NGREKSA NAMANING
BENDARA
Akhirnya tangan Rapingun di balut stagen oleh Raden Ayu Tien. Dan kemudian
Rapingun dan Raden Ajeng Tien melanjutkan perjalanan. Ketika sampai dirumah,
Rapingun langsung memasukkan mobil ke garasi dan langsung menuju kamarnya untuk
istirahat. Berhubung Raden Bei Asisten sekalian belum tidur, mereka lalu menuju
ke kamar Rapingun dan lalu merawat Rapingun serta menanyakan apa yang telah
terjadi diperjalanan tadi. Setelah selesai, Raden Bei Asisten sekalian beserta
Raden Ajeng Tien keluar dan mempersilahkan Rapingun untuk istirahat. Dan
rencananya Rapingun akan dibawa ke rumah sakit.
WONTEN ING GRIYA
SAKIT
Rapingun sudah seminggu berada di rumah sakit, tetapi rasa sakitnya belum
sembuh juga. Saat Raden Ajeng Tien datang menjenguk Rapingun, di dalam kamar
terdengar Rapingun sedang menyanyikan lagu. Raden Ajeng Tien datang ke rumah
sakit dengan tujuan menyampaikan pesan kedua orangtua jika Rapingun sudah
sembuh, dia akan diajak untuk pergi ke Solo. Tetapi Rapingun menolak ajakan itu
dengan alasan ia tidak ingin pergi ke Solo. Tetapi Raden Ajeng Tien tetap keras
untuk membujuk Rapingun, walaupun Rapingun tetap berkata tidak. Raden Ajeng
Tien bercerita bahwa Ibu Gedhe yang di Solo sedang mengalami kesusahan karena
sudah 7 bulan ia ditinggal oleh putra satu-satunya. Dan saat Raden Ajeng Tien
bercerita, ternyata Rapingun sudah mengetahui kepergian Raden Mas Tanta karena
dulu orangtua nya pernah mengirim surat tanpa alamat kepada Raden Mas Tanta
yang dititipkan kepada Raden Mas Subijakta. Dan surat tersebut belum disampaikan
kepada Raden Mas Tanta karena sudah dua bulan Raden Mas Tanta keluar dari
pekejaannya. Raden Ajeng Tien mengatakan jika dia tertarik kepada Rapingun. Dan
dari rasa tertarik tersebut, Raden Ajeng Tien memberikan kalung dan mainan yang
dia punya kepada Rapingun sebagai tanda sayang karena sifat dan watak Rapingun
yang baik. Dan Raden Ajeng Tien pun meminta jika terjadi sesuatu terhadap
Rapingun, agar tidak sungkan untuk meminta pertolongan kepada Rajen Ajeng Tien.
PAMIT
Setelah dirumah sakit tiga minggu lamanua, akhirnya Rapingun dibawa pulang dan
dia dijemput Raden Bei Asisten. Setengah bulan setelah itu, Rapingun terlihat
susah. Dan semakin lama kesusahan yang dialami Rapingun semakin terlihat.
Rapingun berkata kalau dia ingin pulang karena telah lama merindukan keduaorang
tuanya. Ternyata Rapingun adalah anak tunggal dalam keluarganya. Rapingun ingin
pulang selama 1bulan. Sebelum pulang, Rapingun datang ke Parakan untuk pamitan
dengan Raden Ajeng Tien. Den bei Asisten berpesan kepada Rapingun agar sering
mengirim surat kepada keluarga Den Bei.
SERAT SAKING
RAPINGUN
Sebulan lamanya Rapingun meninggalkan rumah Den Bei Asisten. Dan Rapingun
mengirim surat kepada keluarga Den Bei Asisten. Surat tersebut berasal dari
kota Cirebon. Keluarga Den Bei Asisten masih bertanya-tanya kenapa Rapingun
tidak kembali ke rumah Den Bei Asisten. Dan Rapingun masih meninggalkan uang
upah selama dia bekerja dengan Den Bei Asisten.
LET NEM WULAN
Tepat hari minggu Raden Mas Tanta berkunjung ke rumah Mantri Guru di
Pekalongan. Saat itu Den Bei Wedana berkunjung ke rumah Mantri Guru. Dan disana
Den Bei Wedana bertemu dengan Raden Mas Tanta yaitu putra tunggalnya. Disana tangis
kebahagiaan terlihat karena telah lama tak berjumpa dan akhirnya perjumpaan
dapat terjadi. Raden Ajeng Tien yang ikut berkunjung juga merasa trenyuh
melihat hal itu. Ternyata Raden Mas Tanta itu adalah Rapingun yang selama ini
menjadi supir di rumah Raden Ajeng Tien.
SESAMPUNIPUN
WOLUNG WULAN
Raden Ajeng Tien berkunjung kerumah Den Bei Asisten dengan Raden Mas Tanta atau
Rapingun suaminya. Raden Ajeng Tien bertanya kepada Ibu, tantang kebolehan
seorang pria memakai kalung. Ibu menjawab kalau seorang pria tidak cocok
memakai kalung. Dan kalung yang dipakai Raden Mas Tanta adalah kalung yang
diberi Raden Ajeng Tien saat Raden Mas Tanta sedang sakit di rumah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar