Sabtu, 29 November 2014

Macapat

Tembang Macapat iku uga kang den arani Tembang Cilik, kabage dadi 11 Tembang, yaiku :
1. Mijil,
2. Maskumambang,
3. Kinanthi
4. Sinom,
5. Durma,
6. Asmaradana,
7. Gambuh,
8. Dhandhanggula,
9. Pangkur,
10.Megatruh,
11. Pocung.
Saliyane tembang macapat, uga ana tembang tengahan lan tembang gedhe.
Kang mbeda-bedakake tembang macapat siji lan sijine yaiku telung perkara, kang diarani : guru gatra, guru wilangan, lan guru lagu.
Guru gatra yaiku cacahing larik saben sapada (=banyaknya baris tiap bait)
Guru wilangan yaiku cacahing wanda saben sagatra (=abanyaknya suku kata tiap baris)
Guru lagu yaiku dhong-dhinging swara saben pungkasaning gatra (suara/huruf vokal di setiap akhir baris)

Analisis Satuan Cerita NGULANDARA

OTO MOGOK
Tiga priyayi yang mengalami kesusahan dalam perjalanan yang dingin, yaitu mogoknya mobil yang ditumpangi karena mesin yang rusak, dan pemiliknya tidak tahu tentang mobil yang dimiliki. Jadi ketika mobil rusak, dia tidak tahu. Ketika matahari terbenam dan larut malam hujan pun turun, ketiga priyayi memutuskan diam dalam mobil dengan situasi luar yang sedang diguyur hujan dan menunggu adanya pertolongan. Mobilnya mogok di desa Kledhung dan berada diantara gunung Sumbing dan Sindara yang berada diantara Parakan dan Kreteg. Sekian lama menunggu, tiba-tiba ada mobil lewat dan menghampiri. Dari dalam mobil turun seorang pemuda bertanya kepada pemilik mobil mogok itu, apakah yang terjadi. Kemudian pemuda menawarkan bantuan memperbaiki mobil yang mogok itu. Tak lama kemudian mobil yang mogok dapat dijalakan. Hari sudah larut malam, kedua pemilik mobil memutuskan melanjutkan perjalanan. Diawali oleh pemilik mobil yang mogok dan dilanjutkan penolong mobil mogok tersebut.


MEKSA BATAL
Kedua mobil tersebut melaju dengan beriringan. Ketiga priyayi memendam pertanyaan besar terhadap pemuda yang menolongnya. Ketiga priyayi berkeinginan untuk membalasbudi pemuda itu. Mereka berangan akan menghentikan mobil pemuda itu setelah sampai Parakan. Tapi mobil yang dikendarai pemuda itu melaju dengan cepat mendahulu Overland yang dikendarai ketiga priyayi. Mereka kecewa karena keinginannya membalasbudi dan berkenalan dengan pemuda itu. Ketiga priyayi memutuskan untuk melanjutkan  perjalanan. Pukul setengah sebelas kurang, mereka sampai di Ngasistenan Ngadireja.

NYONYAH OEI WAT HIEN

Tepat hari minggu jam 8 pagi di Ngasistenan, Ngadireja ada tamu Tiong Hoa bernama Nyonyah Oei Wat Hien. Tujuan ia datang ke Ngasisten Ngadireja untuk bertemu Den Bei Asisten Wedana dan Den Ayu Asisten Wedana untuk membicakan mengenai tawar menawar antar kedua pihak mengenai berlian. Nyonyah Oei Wat Hien juga menawarkan mobil yang dimilikinya pada Den Bei. Ketika lama mengobrol, sopirnya ikut ditawarkan. Ternyata sopir dari Nyonyah Oei Wat Hien itu adalah pemuda yang menolong Den Bei sekeluarga saat terjadi kesusahan pada saat itu. Pemuda itu bernama Rapingun. Den Bei pun tak lupa berkeinginan memberikan Rapingun sebagai sedikit tanda terima kasih karena telah membantunya waktu itu, tetapi Rapingun menolak dan tidak terima pemberian dari Den Bei. Pembicaraan penjualan mobil dilanjutkan, akhirnya Den Bei berkeinginan menjadikan Rapingun sebagai sopir Ngasistenan Ngadireja, karena ia tertarik dengan sifat sopan dan mulia Rapingun. Rapingun menjadi sopir dengan gaji yang diinginkan dari Den Bei. Ia  hanya dapat menerima apa dan tidak menuntut banyak sedikit pemberian dari Den Bei.


SAMPUN KRAOS

Rapingun terlihat bahagia bekerja dengan Den Bei Asisten Wedana. Tetapi setiap Den Bei memberikan uang gaji, ia tidak begitu saja terima. Hanya diambil sedikit dan sisanya dititipkan kepada Den Bei. Keseharian Rapingun sebagai sopir, tidak hanya mengurus mobil dan kelengkapannya. Tapi dia juga mau bekerja sebagai tukang kebun dan pembantu. Semua ini bukan keinginan Den Bei. Tetapi atas keinginan Rapingun. Bahkan Den Bei sekeluarga tidak menyuruhnya untuk melakukan hal seperti itu. Rapingun juga berani mendekati si Hel, yaitu kuda nakal milik Den Bei yang selalu menyakiti orang yang mendekati. Dan saat Den Bei melarang Rapingun untuk tidak mendekati si Hel, dia bertekad untuk membuktikan bahwa si Hel bukan kuda nakal.


NGAJARI KAPAL

Pada hari minggu Rapingun mencoba mendatangi Hel agar Hel bisa menjadi Kuda yang nurut. Rapingun memberi Hel makanan dan membiarkan Hel makan dengan lahap. Tak lama kemudian Hel diajak jalan-jalan kemudian rasa khawatir muncul dari Kreta. Tapi dengan kemantapan hati Rapingun, dia memberanikan diri untuk menunggangi siHel keliling desa. Sesampainya Rapingun dan Hel di Ngasistenan kembali, Hel ditempatkan di kandang dan dibiarkan istirahat sampai keringatnya telah kering. Kemudian Rapingun memandikan Hel. Den Bei tak tahu kalau Rapingun berani membawa Hel keluar untuk dinaiki, karena Hel adalah kuda yang nakal. Tetapi Rapingun tetap bekerja keras, karena jika Hel tidak dinaiki, maka Hel tidak akan menjadi Kuda yang bagus dan ramah.


PEKEN MALEM ING MAGELANG.

Sabtu sore waktunya Rapingun menjemput Raden Ajeng Supartinah di Parakan karena ia adalah guru HCS di Parakan. Dari parakan mereka menuju magelang untuk mengunjungi Raden Nganten Mantri Guru. Tadinya ia berkeinginan berkunjung dengan ibunya. Tetapi karena Ibu sedang tidak sehat, maka dia hanya ditemani oleh Rapingun sebagai sopirnya. Perjalananpun dilanjutkan menuju rumah Den Bei Mantri Gudhang. Ketika sampai dirumah Den Bei Mantri Gudhang, tak lama kemudian mereka menuju pasar malam yang letaknya tak jauh dari kediaman Den Bei Mantri Gudhang. Ketika sampai dipasar malam, mereka lalu berjalan-jalan mengelilingi pasar malam. Setelah lama berjalan, Den Bei Mantri Gudhang lelah dan mengajak  istirahat, dan istirahat sambil menonton wayang dengan keadaan duduk melepas lelah karena lama beralan.


MANAHIPUN KAGOL

Ketika menonton wayang, Raden Ajeng Tien mendengar suara orang yang tertawa dengan tidak sopan. Orang tersebut terlihat seperti orang baik. Ketika dilihat Raden Ajeng Tien merasa kalau dia mengenal pria yang tertawa dengan tidak sopan tadi. Raden Ajeng Tien pun merasa tidak nyaman berlama-lama berada ditempat itu, tak lama kemudian mereka meminta  meninggalkan tempat tersebut. Tapi walaupun mereka berpindah tepat, pria tersebut tetap mengejar Raden Ajeng Tien hingga Raden Ayu Tien merasa tak nyaman. Raden Ayu Tien meminta Den Bei Mantri Gudhang dan istrinya untuk pulang. Kemudian pulang dan Raden Ajeng Tien diobati terlebih dahulu karena dia merasa sedang tidak sehat. Tapi Raden Ajeng Tien memilih untuk langsung pulang ke rumahnya sendiri. Tak lama Raden Ajeng Tien pulang dengan Rapingun. Dia memilih duduk disamping Rapingun demi keselamatannya.


NJAGI WILUJENGING BENDARA

Dalam perjalanan pulang, Raden Ajeng Tien dan Rapingun dihadang oleh dua pria yang ada di pasar malam. Pria itu bernama Hardjana, yaitu pria yang selama ini mencintai Raden Ajeng Tien. Tapi Raden Ajeng Tien tidak mencintainya. Disitu terjadi pertengkaran hebat, teman Hardjana menyerang Rapingun. Tetapi Rapingun pintar, dia menyediakan senjata untuk melawan pria itu. Pistol yang dipegang oleh teman Hardjana tersebut akhirnya mental dan terjatuh. Hardjana akhirnya kalah dan tangan kiri Rapingun sakit karena terpukul oleh Hardjana. Kemudian Rapingun melanjutkan perjalanan dengan kondisi tangan yang sakit. Ditengah perjalanan Rapingun pingsan dan kemudian dia pun dirawat oleh Raden Ayu Tien.


NGREKSA NAMANING BENDARA

Akhirnya tangan Rapingun di balut stagen oleh Raden Ayu Tien. Dan kemudian Rapingun dan Raden Ajeng Tien melanjutkan perjalanan. Ketika sampai dirumah, Rapingun langsung memasukkan mobil ke garasi dan langsung menuju kamarnya untuk istirahat. Berhubung Raden Bei Asisten sekalian belum tidur, mereka lalu menuju ke kamar Rapingun dan lalu merawat Rapingun serta menanyakan apa yang telah terjadi diperjalanan tadi. Setelah selesai, Raden Bei Asisten sekalian beserta Raden Ajeng Tien keluar dan mempersilahkan Rapingun untuk istirahat. Dan rencananya Rapingun akan dibawa ke rumah sakit.


WONTEN ING GRIYA SAKIT

Rapingun sudah seminggu berada di rumah sakit, tetapi rasa sakitnya belum sembuh juga. Saat Raden Ajeng Tien datang menjenguk Rapingun, di dalam kamar terdengar Rapingun sedang menyanyikan lagu. Raden Ajeng Tien datang ke rumah sakit dengan tujuan menyampaikan pesan kedua orangtua jika Rapingun sudah sembuh, dia akan diajak untuk pergi ke Solo. Tetapi Rapingun menolak ajakan itu dengan alasan ia tidak ingin pergi ke Solo. Tetapi Raden Ajeng Tien tetap keras untuk membujuk Rapingun, walaupun Rapingun tetap berkata tidak. Raden Ajeng Tien bercerita bahwa Ibu Gedhe yang di Solo sedang mengalami kesusahan karena sudah 7 bulan ia ditinggal oleh putra satu-satunya. Dan saat Raden Ajeng Tien bercerita, ternyata Rapingun sudah mengetahui kepergian Raden Mas Tanta karena dulu orangtua nya pernah mengirim surat tanpa alamat kepada Raden Mas Tanta yang dititipkan kepada Raden Mas Subijakta. Dan surat tersebut belum disampaikan kepada Raden Mas Tanta karena sudah dua bulan Raden Mas Tanta keluar dari pekejaannya. Raden Ajeng Tien mengatakan jika dia tertarik kepada Rapingun. Dan dari rasa tertarik tersebut, Raden Ajeng Tien memberikan kalung dan mainan yang dia punya kepada Rapingun sebagai tanda sayang karena sifat dan watak Rapingun yang baik. Dan Raden Ajeng Tien pun meminta jika terjadi sesuatu terhadap Rapingun, agar tidak sungkan untuk meminta pertolongan kepada Rajen Ajeng Tien.


PAMIT

Setelah dirumah sakit tiga minggu lamanua, akhirnya Rapingun dibawa pulang dan dia dijemput Raden Bei Asisten. Setengah bulan setelah itu, Rapingun terlihat susah. Dan semakin lama kesusahan yang dialami Rapingun semakin terlihat. Rapingun berkata kalau dia ingin pulang karena telah lama merindukan keduaorang tuanya. Ternyata Rapingun adalah anak tunggal dalam keluarganya. Rapingun ingin pulang selama 1bulan. Sebelum pulang, Rapingun datang ke Parakan untuk pamitan dengan Raden Ajeng Tien. Den bei Asisten berpesan kepada Rapingun agar sering mengirim surat kepada keluarga Den Bei.


SERAT SAKING RAPINGUN

Sebulan lamanya Rapingun meninggalkan rumah Den Bei Asisten. Dan Rapingun mengirim surat kepada keluarga Den Bei Asisten. Surat tersebut berasal dari kota Cirebon. Keluarga Den Bei Asisten masih bertanya-tanya kenapa Rapingun tidak kembali ke rumah Den Bei Asisten. Dan Rapingun masih meninggalkan uang upah selama dia bekerja dengan Den Bei Asisten.


LET NEM WULAN

Tepat hari minggu Raden Mas Tanta berkunjung ke rumah Mantri Guru di Pekalongan. Saat itu Den Bei Wedana berkunjung ke rumah Mantri Guru. Dan disana Den Bei Wedana bertemu dengan Raden Mas Tanta yaitu putra tunggalnya. Disana tangis kebahagiaan terlihat karena telah lama tak berjumpa dan akhirnya perjumpaan dapat terjadi. Raden Ajeng Tien yang ikut berkunjung juga merasa trenyuh melihat hal itu. Ternyata Raden Mas Tanta itu adalah Rapingun yang selama ini menjadi supir di rumah Raden Ajeng Tien.



SESAMPUNIPUN WOLUNG WULAN

Raden Ajeng Tien berkunjung kerumah Den Bei Asisten dengan Raden Mas Tanta atau Rapingun suaminya. Raden Ajeng Tien bertanya kepada Ibu, tantang kebolehan seorang pria memakai kalung. Ibu menjawab kalau seorang pria tidak cocok memakai kalung. Dan kalung yang dipakai Raden Mas Tanta adalah kalung yang diberi Raden Ajeng Tien saat Raden Mas Tanta sedang sakit di rumah sakit.

Kamis, 27 November 2014

Pranyata Inuman Soda Bisa Marasake Lara Weteng

Nanging inuman ringan bisa nyebabake wong mati

Para winasis nutrisi lan kesehatan kerep menehi rekomendasi pasien supaya ngedohi inuman ringan (soft drink) jalaran kandhutan gulane bisa nuwuhake penyakit diabetes. Nanging sapa ngerti inuman kang ngandhut soda kang dianggep jahat iku bisa digunakake kanggo tamba lara weteng?
 Panaliti nindakake pacoban migunakake merek inuman ngandhut soda kang wis kondhang disumurupi masyarakat. Pranyata bahan kimia saka inuman soda iki becik kanggo nyingkirake gangguwan phytobezoar  weteng (lambung) kang bisa nyebabake usus buntu.
Malah, dokter banjur menehi rekomendasi inuman soda iki minangka gantine operasi klawan tingkat kasile luwih saka 90 persen. Rahasiane, pranyata bahan-bahan kimia ing soda gunane saemper asam lambung. Plempung-plempung (gelembung) sing diasilake melu ngrikatake ma­rang proses pengobatan.
Dudutan (kesimpulan) iki diasilake saka pa­naliten marang 46 pasien phytobezoarkang di­tambani klawan nginum inuman kang ngandhut soda ing rumah sakit sa­donya suwene sepuluh taun pungkasan iki. Wiwitane pancen wis ana sakehing perawa­tan kang bisa ditindakake kanggo nambani phytobezoar, wiwit saka laser, bedhah endoskopi ngan­ti operasi besar.
Ing lapuran kang dipacak jurnal Alimentary Pharmacology Therapeutics, saka pasien 46 kasebut, sing sumpelan lambunge bisa ajur ana 23 pasien, dene sing 19 pasien liyane mung perlu nindakake perawatan tanpa bedhah jalaran kahanane kasil diprantasi dening inuman ngandhut soda iki.
Cinathet mung pasien papat wae kang isih perlu nindakake operasi pembedahan kanggo mrantasi sumpelan iku. Mula panaliti duwe anggepan tetamba klawan inuman ngandhut soda iki nduweni tingkat asil kehe 91,3 persen.
Kaya kang dicuplik Telegraph, inuman ngandhut soda ndu­weni tingkat keasaman utawa pH 2,6 jalaran ngandhut asam karbonat lan asam fosfat. Asam iki saemper asam lambung kang wigati kanggo ngejur serat. Ora mung iku wae, gelembung kang diasilake uga ningkatake kabisan ngejur panganan.
Gangguwan phytobezoar lambung kerep disebabake merga memangan woh-wohan tinamtu kang ora dijur (cerna) kanthi be­cik. Ing Asia, salah sawijining woh-wohan sing akeh nyebabake gangguwan iki yaiku kesemek.

Sadonya sing mati 180 ewu

Salah sawijining panaliten nemokake, 180 ewu  wong mati sadonya setaune bisa dadi gegayutan karo anggone nginum inuman ringan kang legine migunakake gula. Saka panaliten kasebut disumurupi menawa inuman ringan (soft drink) kaya­dene inuman soda, inuman olahraga lan inuman klawan woh-wohan sing legine nganggo gula bisa dadi gegayutan karo watara 180 ewu wong mati sadonya setaun.
Manut panaliten kang kapacak ing American Heart Association, inuman sing legine migunakake gula dikonsumsi ing se­kabehing donya, lan bisa ndadekake kelemon kang ningkatake resiko diabetes, penyakit kardiovaskular sarta sawatara jinis kanker.
Dene adhedhasar data ing taun 2010 kepungkur, ditemokake me­nawa wong mati krana penyakit diabetes kehe ana wong 133 ewu, akibat saka penyakit kardiovaskular sing mati cacahe ana wong 44 ewu, lan mati merga penyakit kanker ana wong 6.000.
Kehe 78 persen saka wong kang mati kasebut disebabake krana ngi­num inuman sing legine nganggo gula.
“Sawatara ing Amerika Serikat, panaliten iki nuduhake udakara wong 25 ewu mati ing taun 2010 gegayutan langsung karo inuman kang migunakake legi saka gula,” ujare Gitanjali M.Singh, panaliti saka Harvard Scool of Public Health ing Boston, Massachusetts, kaya kang dicuplik saka Fars News.
Para panaliti ngukur cacahe asupan inuman kang legine nganggo gula ing sekabehing donya klawan umur lan jinis lanang lan wadon, akibate marang kelemon (obesitas) lan diabetes, sarta akibat kang gegayutan karo diabetes.
Jepang, salah siji negara klawan konsumsi inuman legi paling sethithik, cacahe wong mati uga sethithik mung wong 10 saben sayutane wong diwasa. “Jalaran kober munjer marang matine uwong amarga penyakit kronis, aku sakanca nganakake panaliten marang wong diwasa,” tambahe.
The Amirican Heart Association menehi rekomendasi wong diwasa anggone nginum inuman sing legine saka gula seminggune aja nganti luwih saka 450 kalori. (Bsh)


Manut Panaliten, Pranyata Tahu Bisa Ngeker Lara Kanker


Tambah maneh kawruh kita. Pranyata tahu minangka panganan wajib ing menu  (panganan kang disuguhake) padinan. Manut panaliten paling anyar, kandhutan peptidane dhele njero tahu duwe kekuwatan bisa ngrendhetake tuwuhe sel kanker.

Tahu bisa ngeker lara kanker
Kejaba rasane enak, lan bisa diolah dadi maneka warna masakan, sasuwene iki tahu disumurupi lan wis kondhang minangka salah siji sumber protein nabati. Nanging panaliten ngenani panganan sing siji iki miyak mupangate kang luwih gedhe tinimbang saka tahune dhewe.
Panaliten saka University of Arkansas ing Fayetteville mencilake (isolasi) peptida dhele (asam animo). Isolasi ditindakake klawan ngilangake lenga, serat, lan karbohidrat saka dhele. Banjur ditambahake peptida kang saguh nuwuhake kanker. Asile, peptida dhele bisa ngrendheti tuwuhe sel kanker kolon nganti 73 persen, sel kanker hati nganti 70 persen, lan kanker paru nganti 68 persen.
Para panaliti ngira, peptidane dhele ngrendheti siji utawa luwih jalur penanda ing sel kanker kang diperlokake kanggo ijol-ijolan gas lan nutrisi kang dibutuhake kanggo tuwuhe kanker. Jalaran jalure dialang-alangi, mula tuwuhe sel kanker saya alon.
Sadurunge, sawijining panaliten ing Departemen of Enveronmental Science, Policy and Management, UC Berkeley uga ngandhakake yen tahu iku uga mupangati kanggo ningkatake vitalitas ing peturon alias ngundhakake ‘kualitas seksual’. Awit, protein nabati kang kinandhut dening dhele kang wis diolah dadi tahu, pranyata bisa ningkatake kadar hormon seksual. Senyawa kasebut jenenge estrogenik utawa fitoestrogen.
Ing panaliten sing mbutuhake wektu suwe sewelas sasi kuwi, obyek panalitene yaiku primata sajinis monyet karan red colombus monkeys saka negara Uganda. Dikandhakake, manungsa uga bakal ngalami efek kang padha karo monyet kasebut. Tingkah polahe primata kasebut sajak agresif lan aktif sacara seksual, nanging kurang anggone grooming utawa ngrumat awake.
“Ya iki panaliten wiwitan kang migunakake setting alami lan  aweh bukti menawa senyawa kang ana ing tetuwuhan pranyata bisa gawe pengaruh langsung tumrap fisiologi lan tingkah polahe primata umbaran liwat sistem endokrin primata kasebut,” kandhane Wasserman.
Dijingglengi kanthi premati menawa primata alas kasebut akeh mangan sajinis tanduran kang isih saklompok karo jinis dhele lan nduweni kandhutan senyawa fitoestrogen dhuwur. Kaya uga kang kinandhut ing tahu lan tempe sarta kedhele. Asil panaliten kasebut wis dibiwarakake ing jurnal Hormones and Behavior.
Amarga kandhutan proteine sing dhuwur iku, negara Amerika Serikat nate nganakake panaliten mligi marang tempe. Lan saiki ing negara adidaya kasebut ana wong Indonesia sing bukak usaha gawe tahu lan tempe kasebut. Larise ora jamak nganti kuwalahan. (Sp)


Permen Karet; Bisa Ngganggu Pikiran uga Bisa Gawe Awak Lemu

Mamah permen karet bisa mrantasi rasa ngantuk, saengga utek bisa luwih munjer anggone ngrampungake utawa ngeling-eling samubarang. Ewasamono aja kakehan, awit malah ngreridhu pikiran kita yen tansah mamah permen karet. Kejaba iku, mamah permen karet ujare kandha bisa gawe luwih pinter. Nanging ing sawijining panaliten ngandhakake yen permen karet bisa ndadekake awak kita dadi kelemon.


Dhek sawatara wektu kepungkur ana sawijining panaliten kang mbuktekake menawa utek bisa nyambut gawe klawan luwih becik yen sawijining siswa mamah permen ka-ret sadurunge mlebu ruwang ujian. Kegiyatan mamah sing mung ditindakake limang menit iku kabukten bisa mbecikake asile ujian. Nanging, panaliten kasebut aweh cathetan menawa mupangate mamah permen karet mung kaleksanan 15-20 menit wiwitan ing panalitene.
Ing panaliten sing paling gres nyebutake sajake akibat iki ora bakal klakon yen anggone mamah kesuwen, apamaneh yen ditin­dakake terus-terusan saben dina. Manut panaliten paling anyar ing Cardiff University, saben dina mamah permen karet malah bisa ngreridhu pikiran saengga gampang lalen.
Manut para panaliti, keganggune fungsi pikiran disebabake dening obahing uwang lan lambe sing ajeg utawa panggah sa­suwene mamah permen karet. Kayadene nuthuk-nuthukake driji utawa nggedrug-nggedrugake sikil, mamah uga bisa ngganggu konsentrasi.
Akibat sing paling gampang dirasakake yaiku angel ngeling-eling larikan tembung. Para panaliti aweh ujian klawan ngrungokake pitung tembung urutan, banjur sing ngrungokake mau dikongkon ngeling-eling lan mbaleni tembung-tembung kasebut ing wektu suwene 10 menit.
Wong kang lagi mamah permen karet nalika larikan tembung iku dikongkon ngrungokake sajak angel ngeling-eling marang tembung-tembung kasebut. Kosokbaline, sing ora mamah permen karet cacahe tembung sing dielingi lan bisa disebutake bali kanthi bener sajak luwih akeh.
Asil panaliten iki nuduhake menawa mamah permen karet pranyata bisa ngganggu fungsine pangeling-eling cepet (ingatan jangka pendek). Mula iku yen lagi konsentrasi, mamah permen karet kudu dilereni dhisik.
Sawatara iku ing sawijining panaliten liyane nyebutake menawa wong kang mamah permen karet ateges ngonsumsi kalori legi luwih akeh. Bab iki disebabake proses kimiawi marang rasa mint  kang ana ing njerone permen karet aweh rasa kecut, mligine marang woh-wohan lan sayuran, saengga panganan iku rasane dadi ora enak.
Penulis artikel asil panaliten, Christine Wsoboda, calon doktor bidang nutrisi ing Ohio State University, kaya kang dicuplik Live Science ngandhakake “Owah-owahan kimiawi iki padha karo kang dumadi nalika kita nggosok untu banjur nginum jus jeruk, rasane dadi ora enak,” ujare.
Mula iku dheweke nambahake, pehake ketarik kanggo nyumu­rupi kepriye bab kasebut bisa ngedhunake bobote awak. Kanggo nindakake panaliten iki, Swoboda dalah kancane, Jennifer Temple, saka University of Buffalo, naliti marang 44 sukarelawan. Saben uwong kasebut dikongkon main game ngenani ijol-ijolan panganan.
Sadurunge melu ing panaliten iki, saperangan sukarelawan mau padha mamah permen karet rasa buah utawa mint. Asile, ditemok­ake menawa dheweke sing mamah permen karet rasa mint luwih sethithik kemungkinane milih rasa buah lan luwih ketarik marang junk food. Dene sing mamah rasa buah uga kurang seneng karo rasa mint. Para ilmuwan uga nemokake menawa wong kang mamah permen karet sajake mangane ora sepira akeh, nanging ora ateges asupan kalorine sethithik.
Para ilmuwan nemokake bab iki marang pacobane sing kapindho. Sasuwene iku sukarelawan diajap tetep nyatheti panganan kang dipangan.
Cathetan pangan iku nuduhake yen nalika mamah permen karet, saperangan anggone memangan mung sethithik, nanging dhe­weke ora memangan kalori luwih sithik.
Manut Swoboda, asil iki njlentrehake yen kemungkinan mentol ing njero mintcampur karo nutrisi ing njerone woh-wohan lan sa­yuran, sing nyiptakake rasa pait, lan bab iki ndadekake panganan sehat dadi kurang diremeni. (SP)

Sikat Gigi Bisa Dadi Susuh Bakteri

Sikat gigi (sigi) disumurupi dadi salah siji srana kang nyebabake lara untu lan gusi. Jalaran ing sikat gigi kang katon resik lan garing kuwi pranyata tumem­pel bakteri luwih saka sayuta kang asi­pat patogen. Apamaneh kahanane sigi kuwi lembap bisa njalari tumang­kare bakteri kanthi cepet.

Milih sikat gigi (sigi) dudu perkara kang gampang. Saliyane ngresiki untu lan nyegah penyakit, pranyata sigi dadi salah siji panggonan kang trep marang tumangkare bakteri kang bisa ndadekake lara untu lan gusi. Jalarane ing sigi kang katone resik sajak tumempel bakteri luwih saka sayuta.
Bakteri-bakteri kasebut, utamane kang asipat patogen, nye­bab­ake sakehing penyakit. Bakteri kang tumempel ing sigi asale saka proses transfer ing growongan cangkem (rongga mulut), ditambah klawan bakteri kang ana ing sakiwa tengene, lan tam­bah nemen maneh amarga faktor kelembapan kang ngrikatake tuwuhe bakteri kuwi.
“Saka sigi siji bisa tuwuh mawarna-warna penyakit. Wiwit saka bau mulut, rusake untu (karies), kelainan marang sakiwa tengene untu lan jaringan liyane sing nyangga untu, engga pe­nyakit sariawan kang angel warase,” pratelane Prof Dr drg Melanie S Djamil M Biomed FICD Lab BioCORE saka Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti ing sawijining adicara ing Jakarta mentas iki.
Melanie nambahake, kegiyatan nyikat untu, biyasane njalari tuwuhe bakteri ing ngendi-endi, wiwit saka growongan cang­kem, banyu, hawa, lan sikat gigi utamane ing wulu-wulune sikat.
Bakteri asale uga bisa saka banyu kang digunakake, kang bisa ngrembaka lan mbentuk klompok. Iki kang dadi sebabe kita kerep nandhang lara sariawan, radhang gusi, utawa penyakit untu liyane sanajan wis sregep sikatan. “Bakteri sing ana ing sigi, bisa pindhah menyang growongan cangkem nalika sikatan, mangkono uga kosok baline. Dadi, nulare bisa wolak-walik,” ujare.
Sawatara conto bakteri sing kerep pindhah-pindhah lan bisa tumempel ing sigi, Melanie nyabutake, ing antarane yaiku jamur, kolera, baksil tifus, Staphylococcus aureus lan Enterohemorr-hagie-coli. “Apamaneh bakteri cepet ngrembaka ing papan ka­remane, lembab, asam, lan teles slaras karo kahanane jedhing nalika sikatan,” tandhese.
Melanie nambahake maneh, bakteri siji ing itungan dhetik wae bisa enggal ngalamimultiplikasi lan nak-tumanak.
Mula saka iku, Melanie aweh pratikel, wigati tumrap kita ngrumat apa kang ngupakara kita, klebu sigi sabubare digu­nakake. Saora-orane piranti kang gawe bakteri kasebut cepet tumangkar, yaiku kahanan kang lembab.
Pangrumatan kang bisa ditindakake mungguhing sikat gigi kang bubar digunakake, kaya ta tansah ngresiki sisa-sisane banyu klawan cara dikipat-kipatake utawa klawan migunakake tisu utawa lap khusus supaya sikat gigi kuwi enggal garing.
Nanging, kadhang-kadhang kita ora duwe wektu kanggo nggaring­ake, iklim tropis Indonesia klawan kelembapan hawa kang dhu­wur sajake kita kangelan ndadekake sigi bisa tansah ing kahanan garing.

Carane milih sigi
Nggatekake growongane cangkem. Yen kita nduweni susu­nan untu lan growongan cangkem ciut, becike milih sikat sing ukuran cilik. Mangkono uga kosok baline. Kegedhen sikat utawa keciliken ndadekake panggonan sing rupek angel dijangko. Endhas sikat sing cilik bisa digunakake kanthi becik ing njero growongan cangkem. Tumrap wong diwasa, dawane endhas sikat 2,5 cm, dene kanggone bocah cilik cukup 1,5 cm.
Dawane wulu sikat uga kudu digatekake. Sikat gigi klawan wulu sing dawane ora padha ora bisa ngresiki papan sing rata kanthi becik. Wulu sikat aja kelemesen utawa kekakon. Wulu sikat sing kelemesen ora bisa ngresiki plak untu kanthi sampurna. Dene wulu sikat sing kekakon bisa ngrusak jaringan.
Yen kepengin tuku sigi sing dipepaki nganggo tutup sikat, becike milih sing tutupe ana bolongane. Yen ora, sikat bakal kanggo papan ngrembakane bakteri amarga lembap. Milih sikat sing gagange dirancang ora gampang selip saengga ora mletha-mletho nyogrok gusi nalika digunakake. (KS)

Teh Ijo Apik Kanggo Utek lan Nyilikake Tumor

Teh wis suwe disumurupi minangka salah sijine inuman apik kanggo njaga kahanane kesehatan, apamaneh menawa teh sing dimaksudake iku teh ijo. Panaliten anyar saka China ngandhakake yen teh ijo ora mung becik kanggo jantung, nanging uga apik mungguhing kesehatane utek, yaiku nglandhepake daya pangeling.

Teh ijo bisa dikandhakake minangka teh paling apik saka sakabehing jinis teh kang ana. Panaliten iki nemokake menawa senyawa kimia kang kinandhut ing njerone teh ijo saguh njurung tambahe sel-sel utek saengga bisa ngun­dhakake daya pangeling-eling lan kemampuwan pembelajaran visual tumrape wong kang nginum teh iku kanthi ajeg.
“Ana sakehing temon ilmiah kang wis mbuktekake marang pigunane teh ijo kanggo mbiyantu nyegah penyakit kardiovaskular, nanging saiki ana bukti anyar menawa kan­dhutan kimiawine bisa ana dayane marang mekanisme sel ing njero utek,” kandhane ketua tim peneliti Profesor Yun Bai saka Third Military Medical University, Chongqing, China.
“Aku kabeh nduwa se­nyawa kimia sing ana ing EGCG (Epigallocatechin gallate) iku bisa ningkatake fungsi kognitif kanthi cara mengaruhi tambahe sel saraf utek utawaneurogenesis ing hippocampus, perangane utek kang tugase mroses informasi saka memori jangka pendek menyang memori jangka panjang,” tambahe Bai kaya kang dicuplik saka Daily Mail, mentas iki.
Kanthi mligi, panaliti iki nemokake yen EGCG njurung produksi sel pregenitor saraf kang bisa adhaptasi menjero sakehing jinis sel lumrahe sel punca (stem cell).
“Kanggo nemokake dudutan (kesimpulan) iki, aku sakanca nganakake pacoban marang rong klompok tikus sing salah sijine wis diwenehi EGCG. Banjur loro-lorone dilatih suwene telung ndina kanggo nemokake platform kang katon lan pitung ndina kanggo nemokake platform sing ndhelik ing njero labirin kang ana ing kandhange,” ujare Prof. Bai.
Asile, tikus sing diwenehi EGCG merlokake wektu sethithik kanggo nemokakeplatform kang ndhelik mau. EGCG iki uga kabukten saguh ningkatake kemampuwan sinau lan daya pangelinge tikus sacara langsung.
“Temuan iki mbiyantu aku sakanca bisa mahami potensi EGCG kang kinandhut ing njero teh ijo, utamane ing rangken nglawan penyakit degeneratif lan merangi ilange daya pangeling sing diakibatake penyakit utawa kahanan tinamtu,” pungkase. Panaliten iki wis diumumake ing jurnal Molecular Nutrition & Food Research.
Sawatara iku ing panaliten laboratorium nuduhake menawa teh ijo kang ditrapake ing sel kanker, ndadekake rong protelone tumor dadi cilik. Lan Malah bisa ilang.
Iki mergane kerja ekstrak EGCG ing teh. Efek iki luwih apik dibandhingake karo nginum teh ijo minangka inuman padinan. Kabar becike, panganggone ekstrak kasebut, ora nuwuhake efek samping marang sel utawa jaringan sing liyane.
Kaya kang dicuplik Daily Mail, para ilmuwan iki nyiptakake sawijining sel karo EGCG lan transferrin, banjur ditrapake ing tumor. Pengujian iki dhewe ditindakake marang rong jinis kanker kulit. Yaiku karsioma epidemoid, sing kerep ditemokake sisik-sisik ing lumahing kulit. Lan melanoma marang andheng-andheng sing  mekar gedhe.
Ing kekarone panaliten kasebut, tumor sing ilang ana 40 persen, sawatara ing kasuskarsioma 30 persen lan 20 persen melanoma dadi suda (mungkret) Sipat antikanker kang diasilake EGCG iki dening para ilmuwan uga lagi dikem­bangake kanggo nambani kanker prostat.
Dr Christine Dufes, panaliti saka University of Strathclyde ngandhakake: “Iki mi­nangka asil kang banget nyenegake, lan dakajab bisa dadi dalan mungguhe pengobatan kanker anyar kang luwis ces pleng. Engga tataran ngilangake tumor kanthi tuntas.”
Sadurunge, panaliti ing Case Western Reserve University lan University of Alabama ing Brimingham nuduhake, ngunjuk teh ijo bisa nyuda resiko ketaman kenker kulit. Khasiyat iku saya ndayani menawa anggon kita ngunjuk mau ditambahi peresan jeruk.
Teh ijo saguh ngawekani radikal bebas sing mbebayani banget mungguhing kulit lan bisa ndadekake cepet tuwa, sarta bisa ngawekani muncule kulit kisut. Teh ijo uga ngandhut antioksidan kang njurung daya tahane awak. (SP)

Pranyata Asu lan Kucing Mbebayani Tumrap Manungsa

Lapuran panaliten wis nemokake resiko mungguhing   manungsa saka tuwuhe penyakit marang kewan ingon-ingonane kang ndeder iku saiki pindhah mlebu menyang lingkungan omahe. Ing lapuran iku tinulis, manungsa bakal luwih nduweni risiko krana kewan ingon-ingone saya dadi perangan saka penguripan kita kabeh. Klebu bebarengan turu ing peturone.
Penyakite manungsa kang disebabake dening kewan bakal saya virulen. Kayadene rabies asu kang bisa mateni manungsa Afrika lan Asia setaune udakara ana wong 55.000.
Panaliten kang kapimpin dening Michael Day, profesor kedokteran hewan patologi ing Universitas Bris­ton iki wis dipacak ing jurnal Emerging Infectious Diseases. Dheweke mratelakake, asu lan kucing mujud­ake sumber utama kang bisa nularake penyakit kang bisa mateni manungsa. “Sanajan cacahe kewan ingon-ingon iku sethithik, nanging mbebayani ba­nget,” ujare.
Manut Day, ing negara maju, se­sambungan antarane manungsa karo asu apadene kucing rumaket banget. Iki satemene piweling global marang zoonosis penyakit yaiku nyebare penyakit saka kewan menyang ma­nungsa. Amrih obat lan vaksin enggal ditangkarake.
Sadurunge, ilmuwan nganggep parasit sing ditularake kucing bisa nyebabakeschizophrenia marang sing duwe kewan. Pa­naliten ing Leeds University nuduhake menawa parasit bisa mengaruhi prodhuksi dopamin, padha karo kimia sing nggawa pesen menyang uteg kanggo ngendhaleni obahe awak, kognitif lan paripolah, saengga nuwuhake dumadine schizophrenia lan gangguwan bipolar liyane.
Parasit iki nuwuhake infeksi uteg klawan wujud kista ing njero sel lan ngasilake enzim sing disebut tyrosine hydroxylase, kang diperlokake kanggo dopamin.
Schizophrenia mujudake gangguwan kang dumadi marang fungsi uteg. Sing nandhang lara iki tansah ngalami halusinasi utawa delusi, paripolahe ora tumata, lan paripolah katatonik (ekstrim).
Dene parasit Toxoplasma gondii  adate nyerang kucing, lan bisa nularake liwat teleke. Iku mujudake mikroba kang nyebabake toxo­plamosis. Ya iki kang dadi sebab geneya ibu ngandhut diajap su­paya ngendhani sesambungan karo telek kucing kasebut.
Wiwit taun 1920, dhokter wis nganggep menawa wanita kang ketaman infeksitoxoplasmosis sasuwene anggone ngan­dhut bisa nularake penyakit menyang calon bayi, sing akibate bisa nuwuhake pati.
Tumrap wong diwasa, penyakit iki memper karo gejala flu, yaiku parasit iki menet sistem kekebalane awak engga akhire sing lara tambah nemen larane klawan komplikasi kayadene encephalitis (radang otak).
Sawatara penyakit kang bisa ditularake asu antara liya campylobacter. Penyakit kang nyerang saluran pencernaan iki disebabake dening bakteri campylobacterjejuni. Bakteri iki ditularake dening kewan ingon-ingon klebu asu, kucing lan manuk liwat sesambungan langsung, kontaminasi banyu ngombe apadene memangan daging kang du­rung mateng tenanan.
Akibat sing muncul amarga cam­pylobacteriosis yaiku murus, nyeri lambung, lan yen wis nemen ing ta­taran tartamtu bisa ndadekake awak panas mriyang. Menawa murus-mu­rus terus, akibate bisa kentekan cairan.
Ana uga penyakit kulit. Jinis pe­nyakit kulit sing kerep ditularake dening asu yaikudermatophytosis utawa ringworm kang tinengeran  klawan anane dlemokan gatel mu­beng ing kulit. Sing dadi sebabe yaiku saweneh jamur kang nular liwat sesambungan langsung karo lumahing kulite asu kang wis ketaman infeksi.
Penyakit kulit liyane sing ditularake asu yaiku scabies sing disebabake dening tumane asu. Tuma iki bisa ndelik mlebu ngisore lumahing kulit lan ndadekake nyremumuh abang, kulit sisiken engga rontoge rambut apadene lumahing kulit liyane.
Penyakit sing disebabake dening infeksi cacing Toxocara canis iki dumadi ing saluran pencernakane asu lan endhoge bisa kegawa dening telek banjur ngregeti lemah. Yen kaisep utawa kolu dening manungsa, endhog iku bakal netes ing weteng banjur pindhah menyang perangane awak liyane.
Ing perangane kulit, larva cacing iki mung bakal nyebabake pisambat entheng kayadene nyremumuh lan gatel-gatel sanajan sok disartani adhem panas, watuk lan abuhe kelenjar limpa. Sabanjure, larva cacing iki bisa uga nggayuh marang ati lan mripat sarta njalari gangguwan marang gunane perangane awak kasebut. Mulane kita kudu ngati-ati yen duwe ingon-ingon bang­sane kucing,asu lan manuk. (SP)

Miyak Sejarah Tumangkare Wayang Purwa ing Pulo Jawa (2)

Jaman Kartasura tekan Surakarta
Nalika kraton Mataram dipindhah saka Plered menyang Kartasura dhek jamane Sunan Amangkurat Amral amarga wis di­anggep ilang wahyu kratone. Ing kraton anyar iki wayang purwa kabeh ngalami owah-owahan. Sunan Amangkurat Amral yasa putren nganggo gelung keling lan kelatbahu. Wayang Gathutkaca sing seka­wit wujude cilik kanthi tutuk gusen diganti nganggo wayang kanthi wujud satriya gagah kang praenane kaya Werkudara kanthi wanda tathit. Kabeh wayang tokoh dewa  nganggo lendhang, diwenehi jubah (kethu keyongan), klamben lan nganggo sepatu, kejaba Bathara Guru lan Bathari Durga. Dene wayang pandhita diwenehi klambi, nganggo kethu lan tanpa sepatu. Kejaba kuwi saben ana pagelaran wayang purwa mesthi ngetokake panakawan Bagong sing diwenehi sengkalan “Mantri Sirna hangoyak Jagad” kang tegese taun 1679 M. Ingkang sinuhun uga yasa wa­yang buta gundhul sing gulune cendheg, nganggo punuk lan irunge mlenthung kaya endhog disebut buta endhog utawa buta punuk lan uga yasa buta Terong kanthi mripat tangan mung siji sing banjur kapa­ringan sengkalan: “Marga sirna Wayanga­ning Nata” utawa taun 1682 M.
Semono uga nalika Puger jumemeng nata ing Kartasura kanthi jejuluk Susu­hunan Paku Buwono I, nyampurnakake wa­yang purwa kanthi pola wayang matara­man. Wayang patih lan andhahane diwe­nehi klambi sikepan lan rapekan kanthi nganggo keris lan pedhang. Uga digawe wayang  gunungan gapuran lan wayang raseksi (buta wadon) kanthi mata siji kang sinebut Kenyawandu sing kaparingan sengkalan“Buta nembah Nata tunggal” kang tegese taun 1701 M. saliyane kuwi ing jaman Sunan PB I uga yasa Serat Me­nak (Narawita), Serat Kandha,  Serat Ma­nikmaya lan Serat Nawaruci kang diserat dening Syiwamurti. Kejaba kuwi ing baba­gan seni tari, Susuhunan PB I uga yasa tari pethilan wireng Duryudana-Bima lan Karno Tandhing.
Ing jamane Sunan Paku Buwono II (1727 – 1747) ngasta pusaraning praja, digawe wayang anyar ing antarane wa­yang kanthi mripat liyepan, Arjuna wanda Jimat, wanda Mangulan lan wanda Kanyut sing banjur diparingi aran Kyai Pramuka­nya. Wayang sing digawe dening Ki Cer­ma­pangrawit lan Ki Gondo iku rampung ing taun 1731 kanthi kaparingan sengkalan “Buta Lima Anggoyang Jagad”.
Sunan Paku Buwono II uga yasa wa­yang gedhog kanthi wanda wayang purwa kang banjur kaparingan aran Kyai Banjet. Ing sajabane kraton akeh sing  padha ga­we wayang golek purwa, wayang terbang kanthi crita Menak. Pangeran Pekik saka Surabaya uga yasa wayang Krucil saka ka­yu sing banjur katelah kanthi aran wayang klithik kang rampung ing taun 1737 kanthi kaparingan sengkalan Gapura Lima Ratu­ning Bumi. Ing babagan seni tari, panje­nengan dalem nata yasa tari Srimpi Lagi­ dhem­pel, Bedhaya Sinom. Lan Wireng Laras Panji
Rusake kraton Kartasura nalika dumadi Geger Pacinan, mula banjur dipindhahake menyang Surakarta utawa Solo duk rikala taun 1849. Nalika kraton anyar iku diasta dening Sunan PB III, panjenengan ndalem nata banjur  yasa wayang telung kothak kang sumbere saka wayang Kyai Pramu­kanya kanthi owah-owahan agemane, uku­ran dedege wayang digawe luwih cen­dhek, denawa lan wanara kanthi mripat siji sing sabanjure dadi ciri wancine wayang kulit purwa gagrag Surakarta nganti tekan jaman saiki. Kejaba iku uga digawe wa­yang Werkudara nganggo makutha (kuluk raton) sing banjur diarani Tuguwasesa uta­­wa Jayapusaka, wayang Rahwana kanthi wanda Belis, Sumbadra wanda Lantreng kang banjur kaparingan asma Kyai Mangu, lan Kyai Kanyut, kaparingan sengkalan Resi Trus Kawayang Tunggal utawa taun 1772 M. Kejaba kuwi uga digawe wayang kanthi pola dhasar Kyai Pramukanya sing dhu­wure ditambah setengah palemahan, de­na­wa lan wanara kanthi mripat siji. Wa­yang iki banjur kaparingan jeneng Kyai Pramukanya Kadipaten..
Ing jamane Susuhunan Paku Buwono IV digawe wayang pirang-pirang kothak lengkap kaparingan jeneng Kyai Jimat, Kyai Kadhung (wayang purwa), Kyai Dewakaton (wayang gedhog). Sabanjure uga disusun sulukan kang­go wayang kulit purwa lan wayang gedhog sing cakepane dijupuk saka Serat Baratayuda, Serat Rama, lan Serat Witaraha kanthi kaparingan sengkalan Katon Guna Swareng Rat, tegese taun 1732 Jawa.
Nalika  Sunan Paku Buwono IV ngas­ta pusaraning praja,  para pu­jang­ganing kraton kang dipandhe­gani dening Yasadipura yasa Serat Arjunasasrabahu, Serat Baratayuda, Serat Wicarakeras, serat Wulangreh. Serat Wiwahajarwa, Serat Cebolek, Serat Wulanggana, lan Serat Darma­surya (mistik).
Tumangkare wayang ing jamane Sunan Paku Buwono V (Sinuhun Ba­gus) pancen ngedab-edabi. Sunan PB V yasa wayang kathi babon (pola dha­sar) saka Kyai Mangu ditambah saka pakemahan (kira-kira 3 – 5 cm), uga ana owah-owahan busanane wayang purwa, wanda digawe rangkep, wa­yang katongan (raja) ngagem maku­tha.  Wayang iku banjur diarani Kyai Jimat kang banjur kaparingan sengkalanYaksa Sikara Amrik Panggah kang tegese taun 1739 M. Kejaba kuwi, uga digawe wayang kanthi dhasar (babon) wayang Kyai Kanyut kanthi ditambah dedege udakara 1 – 6 cm, wayang putren diwangun utawa diselaras­ake, digawe kanthi wanda rangkep, ana­nging asile wayang kurang maremake, mula banjur disebut “Kyai Kadhung” kanthi sengkalanWayang Loro Sabdaning nata tegese taun 1739 M. Senajan mengkono, Wayang Kyai Kadhung engga seprene kabiji minangka ringgit paling becik kualitas sunggingan, bedhahan lan warnane.
Sunan PB PB V uga paring dhawuh ngga­we wayang gedhog kanthi babon wa­yang Kyai Banjet Kartasura kanthi wanda sing beda karo wayang purwa kang banjur diarani Kyai Dewa Katon kang kaparingan sengkalan :”Tanpa Guna Pandhita Praja”sing tegese taun 1800 M. sabanjure uga digawe wayang Ramayana wiwit Lokapala kanthi babon wayang Kadipaten sing dedege ditambahi sapalemahan, denawa lan wanara kanthi mripat siji lan tangane loro bisa diobahake kang banjur kapari­ngan pepenget sengkalan Swareng Pawa­ka kagiri raja” sing tegese taun 1811 M. Suluk-suluk lan ada-ada saka kitab Rama­yana lan Mahabharata dikumpulake dadi siji kang banjur kaparingan tetenger “Pakem lakon”.
Ing taun 1788, pujangga Kraton Sura­karta, Yasadipura I lan Yasadipura II mba­ngun Kapustakan Jawa kango nyimpen kitab-kitab yasane, kayata Arjunawiwaha, Ramayana, Bharatayuda, Arjunasasra­bahu, Lokapala lan Dewaruci 1796 – 1803, uga kitab Menak Koncar lan Serat Ambya.
Nalika jaman Sunan Paku Buwono VI (1830 – 1856) Danuatmaja, sawenehe perajin wayang saka Solo, nggawe wayang Dupara kanggo pentas kanthi crita  Babad Demak, Pajang, Mataram lan Kartasura. Ing jamane Sunan PB X, madeg papan pasinaon tumrap para calon dhalang utawa Sekolah Dhalang Radya Pustaka kanthi aran Padhusaka saka cekakan tembung Pasinaon Dhalang Surakarta ing taun 1823.
Wayang Ing Ngayogyakarta
Nalika RM Sujono iya pangeran Mang­kubumi nilarake Kraton Surakarta tanggal 19 Mei 1746, abdi kinasihe aran Jayaprana lan anake Jaka Penatas (sing umure lagi ngancik 18 taun) uga ndherekake tindake Jeng Pangeran Mangkubumi. Miturut saka KRT Djajadipura, nalika dumadi paprangan ing tlatah Kedhu lan Bagelen, Jayaprana mapan ing desa Danaraja (cedhak Wono­sobo), manggon ing omahe Atak, warga desa Danaraja. Nalika semana Jaka Piñatas uga melu perang. Sawi­jine dina, sarampunge melu perang ana ing wewengkon Tidar, Jaka Pena­tas ora nerusake melu perang, na­nging bali nyang Danaraja. Ing kono Jaka Piñatas banjur nerusake anggone gawe wayang.
Amarga kepotangan budi marang keluwargane Atak, minangka pituwa­se, Atak diajari gawe wayang purwa. Lan kanggo nyupeketake anggone pa­seduluran, Jaka Piñatas banjur nggar­wa Sutiyah, anake Atak. Nalika Sutiyah nggarbini, Sutiyah ditinggal gurulakine lan maratuwane nyusul P. Mangku­bumi. Sabanjure Sutiyah mbabar putra kakung sinung asma Bagus Riwong. Putune Atak iki wiwit cilik seneng gawe wayang kaya bapak lan embahe.
Sawise dumadi bedhamen kang banjur ditapak astani Prajanjen Giyanti  utawa palihan negari  antarane Susu­hunan Paku Buwono III, Pangeran Mang­kubumi lan Kompeni Walanda duk rikala surya kaping 13 Februari 1755 ing desa Giyanti (cedhak Salati­ga). Pangeran Mangkubumi nuli yasa ke­dha­ton ing desa Pacethokan ing tepining alas Beringan sing banjur karan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sawise jume­neng nata kanthi jejuluk Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Sultan Hamengkubu­wono I, Jayaprana lan Jaka Piñatas tetep setya bekti marang sang nata. Ing sajro­ning kahanan tentrem, abdi sakarone sang­saya mantheng anggone olah seni natah lan nyungging wayang. Ing antarane bapak lan anak iku ana bedane garapane. Wayang gaweyane Jayaprana yen disa­wang wujude kaya wong kang lagi njoget utawa sok karan andhadhap. Dene wa­yang karyane Jaka Piñatas kaya wong kang lagi ngadeg. Wong sekarone anggone nyung­ging wayang padha-padha nganggo teknik gradasi, mung wae wayang gawe­yane Jayaprana ing perangan tertamtu kayata ing sumping, jamang, ditambah motif drajeman (ornament titik).
Bareng mireng yen besan lan mara tuwane ngabdi ana kraton Ngayogyakarta, Atak banjur nyusul karo nggawa wayang karyane. Wayang gaweyane Atak iki mawa cirri dedeg cendhek nanging katon gagah, saiki banjur sing karan wayang gagrag Kedhu.
Bagus Riwong uga baut gawe wayang. Ciri wayang gaweyane Bagus Riwong ana ing antarane wayang gaweyane Jayapra­na, Jaka Penatas, lan Atak. Wayang karya­ne Bagus Riwong sabanjure karan wayang Prayungan. Bagus Riwong banjur nambahi motif sunggingan sing kasebut bludhiran (motif kembang-kembangan). Sawise diwasa, Bagus Riwong banjur kadhaupake lawan Rara Suprih, anake Ki Paku sawijine dhalang saka tlatah Waja ing Kulon Progo. Sabanjure Bagus Riwong peputra cacah loro, lanang-wadon. Sing lanang diwenehi jeneng Grenteng. Sawise diwasa. Gren­teng pinter ndhalang lan gawe wayang. Ciri wancine wayang gaweyane Grenteng yaiku sunggingane kang nduweni bentuk “sorot” sing banjur diarani sunggingan tlancapan. Dheweke uga nambah motif sing wujude lancip jejer (pasren ing dodot wayang gagahan).
Kanggo nglestarekake lan luwih ngrem­bakakake kesenian adiluhung, Susu­hu­nan Paku Buwono III lan Sri Sultan HB I nganakake mupakatan sing isine: Sunan  Paku Buwono III nyengkuyung banget lekase Sultan HB I sing arep tetep nglesta­rekake kesenian tradhisonal gagrag Mata­ra­man, dene Susuhunan Paku uwono III arep megarake kanthi yasa kesenian tradhisional gagrag anyar. Ing wektu bacute. Amarga anane mupakatan iku ke­senian banjur pilah dadi loro, yaiku gagrag Mataraman utawa gagrag Yogyakarta kang luwih lugu, tegas, gagah lan ngemot  uta­wa kebak nilai-nilai perjuangan sing dadi landhesan kanggo mbenthuk watak satriya (kanthi sesanti : nyawiji, greget sengguh ora mingkuh), sarta gagrag Surakarta/Solo sing luwih lincah (dinamis), luwih gume­byar, prenes, lan akeh tinemu anasir-ana­sir anyar.
Senajan anggone mbina kesenian ing kraton Ngayogyakarta mligine kesenian beksan lan wayang wong, nanging ora ban­jur nglirwakake marang pembinaan wa­yang purwa. Mula Sri sultan HB VIII ing tanggal 27 Juli 1925 ngedegake Seko­lah Dhalang kanthi aran “Habirandha” (cekakan saka hambiwarakae Rancangan Dhalang) sing dipandhegani dening BPH Surtodiningrat lan KRT Jayodipomo kanthi Ketua RM Gondoatmojo.
Sekolah dhalang Habirandha iku tekan saiki isih lumaku kanthi becik. Kejaba iku wiwit jamane Sri Sultan HB VIII tekan HB X, sabakdane Riyaya Idhul Fitri diadani pagelaran ringgit purwa sewengi nuthug sing diarani “Bedhol Songsong”mapan ing kagungan Dalem bangsal Kemagangan kan­thi dhalang njupuk saka lulusan Habi­randha.
Ing tanah Jawa saliyane pedhalangan gagrag Surakarta lan Ngayogyakarta, isih ana maneh pedhalangan gagrag Banyu­masan, gagrag Jawa Timuran, gagrak Pesisiran, Ceribonan, lan sapiturute.
Mangkunegaran lan Paku Alaman
Ora beda karo para ratu liyane ing tanah Jawa, KGPAA Mangkunegara I nalika ngasta peprintahan ing Pura Mangkune­garan uga ngrembakakake kesenian tra­dhi­sional. Ing taun 1757, KGPAA Mangku­negara nganakake pagelaran wayang wong kanthi crita njupuk saka crita wayang purwa. Penataan wayang wong iku ram­pung ing taun 1764 kanthi sinengkalan Wiwara astha wayang ing Janma. Saban­jure KGPAA Mangkunegara IV (1853 – 1881) yasa wayang purwa kanthi babon wayang Kadhung saka Surakarta sing dicilikake ukurane sipaya gampang lan entheng  anggone  nglakokake lan nyabet­ake, mula wayang kasebut banjur kapari­ngan aran wayang Kyai Sabet.
Ing jamane KGPAA Mangkunegara V uga dibabar serat Pustakaraja madya lan Serat Witaradya dening Raden Ngabehi Ranggawarsita sing isine nyritakake lela­kone Prabu Aji Pamasa utawa Prabu Ku­sumawicitra saka krajan Mamenang. Saka  adhedhasar “ilham utawa inspirasi” saka  serat iku, KGPAA Mankunegara banjur dha­wuh nggawe wayang jinis anyar sing ban­jur katelah wayang madya, sing mujudake sambungane saka wayang purwa karo wayang gedhog. Kabeh wayang jaman Mangkunegara IV diwenehi tandha ing pasitene (palemahane). Kejaba kuwi uga digawe wayang Bratasena utawa Werku­dara sing disungging ireng kanthi wanda Mimis sing banjur kaparingan asma Kyai Lintang (1868) lan Werkudara gembleng (warna prada mas) kanthi wanda Gurnat kang banjur kaparingan aran Kyai Sindung (1670). Sawise rampung banjur kapari­ngan sengkalan Mantri Trusta Memuji ing Gusti, tegese taun 1871 M.
Ana ing jamane Sri Mangkunegara VII (1916 – 1944) digawe wayang Menak kang­go pagelaran crita-crita saka Serat Me­nak kanthi paraga Wong Agung Jayeng­rana, Dewi Adhaninggar, Umar Maya, Umar Mahdi, Prabu Nursyirwan lan sapi­turute.
Ing Kadipaten Pura Paku Alaman nalika diasta dening KGPAA Paku Alam II megar­ake kesenian tradhisional (mligine seni ga­melan/karawitan lan tari) kanthi ora ning­gal marang tradhisi sing kepungkur (ga­grag lawas) kanthi yasa Sekar Ageng.  Nganti Sri Sultan HB V kepranan marang Sekar Ageng, saengga paring dhawuh marang para abdi dalem murih nyinau Sekar Ageng ing pura Paku Alaman.
Ing jamane Sri Paku Alam III, panje­nengan dalem nata sing kawentar tresna banget  marang  kesenian lan kasusastran banjur  yasa Serat Piwulang , Serat Ambyo Yusup, lan Serat Dharmo Wirayat. Ing jamane KGPAA Paku Alam IV lan VII pan­jenengane ngowahi wujude wayang kanthi ciri wanci nganggo ageman keris, kejaba wayang putren. Malah kepara paraga wayang Rahwana utawa Dasamuka kejaba nganggo keris uga nganggo pedhang.
Nuwun

  Sepanjang sejarahnya, aksara Jawa ditulis dengan sejumlah media yang berganti-ganti seiring waktu.   Aksara Kawi   yang menjadi nenek moya...